Laman

Jumat, 13 Januari 2012

KEBERSIHAN YANG MENCEMARI


Hai, sabat, sudah lama nih tidak mosting cerita lagi. Kali ini adalah ceritaku sendiri. Bagi yang berminat terus baca ya. Bagi yang kurang berminat ngelike gak dilarang kok… selamat membaca!!

Hampir tiga bulan sudah aku di Indonesia. Tanah pertiwi yang aku cintai, yang sudah menyatu kedalam jiwa dan ragaku.

Suatu hari, aku dan keluargaku ada acara di Medan. Kota Medan dari tempatku tinggal berjarak sekitar lima jam-an. Berhubung banyak orang dari keluargaku yang ikut, kuota mobil kami pun tidak mencukupi. Aku dan beberapa orang saudaraku harus mengalah dan naik kereta api. Memang padat, tapi aku sangat menikmati perjalananku ketika itu. Perjalanan singkat namun tidak pernah kurasakan lagi selama beberapa tahun belakangan ini. Karena di Yaman tidak ada kereta. Mana mungkin rel kereta bisa tertancap diatas pasir yang selalu berhilir.

Sesekali naik kereta api, aku pun tidak mau hanya duduk dan diam menunggu waktu menyampaikan kereta api itu ke tempat tujuannya. Aku lantas mengambil jalanku untuk melihat-lihat sekitar kereta api dan menyapai orang-orang yang ramah menatapku. Sangat indah bisa bersua kembali dengan daerah kita sendiri. Tapi ada satu hal yang merisihkan pandanganku. Orang-orang acap kali acuh dengan lingkungan sekitar mereka. Dengan semakin banyak orang yang berjualan dikereta api, semakin banyak pula perut yang akan terisi. Tapi, akan semakin banyak pula sampah yang menyumpeki sudut-sudut kereta api.

Aku pun sempat bergumam kasihan. Meski aku tidak tahu harus kasihan kepada siapa. Mungkin aku harus kasihan kepada si ‘kereta api’ yang sudah berjuang keras untuk penumpang tapi penumpang tidak pernah memperhatikannya.

Beberapa waktu lalu, ketika setiap sore aku masih leluasa mengukir jejakku dipepasiran bumi Tareem di Yaman, pikirku sempat marah melihat orang-orang Yaman bahkan mahasiswa Indensia sendiri yang selalu membuang sampah sesuka hati mereka. Bathinku sempat terenyuh ketika membayangkah hal itu terjadi dibumi pertiwiku. Semenjak itu aku pun mulai berpikir untuk membuang sampah disembarang tempat. Kerap kali aku harus mengantongi bunkus-bungkus pelastik minuman atau makananku untuk membuangnya ditempat yang semestinya.

“jika aku tidak bisa menghormati daerah orang lain, bagaimana bisa aku menghormati daerahku sendiri?”. Pikirku waktu itu.

Hampir sampai perjalananku, hampir tiba tempat tujuanku. Kereta api terlihat lebih sepi dari sebelumnya. Namun tumpukan sampah kian membanyak. Aku pun berpikir bagaimana dengan sampah-sampah ini?

Namun, seorang pria separuh baya lengkap dengan seragam PT. KAI nya datang dari pintu seberang gerbong kereta api. Aku menatapnya dari kejauhan. Dan aku tersenyum bangga kepada orang itu.

Dengan sigapnya orang itu pun mengumpulkan semua sampah. Menyapunya dari sudut-sudut kereta api, dari bawah kursi, habis semuanya bersiah ia sapu. Hingga ia sampai dipenghujung gerbong. Aku yang berdiri persis didepan pintu gerbong itu pun harus berjingkrak-jingkrak mengangkat kakiku ketika ia menyapu.

“sungguh mulia orang ini!”. Pikirku salut.

Lalu, setelah semua sampah terkumpul didepan pintu gerbong itu, tanpa pikir panjang petugas kebersihan kereta api itu pun langsung membuang sampah-sampai itu keluar. Aku harus nanap ketika sampah-sampah itu berhempasan ketanah bumi pertiwi yang aku cintai. Lalu tatapku mengenap lagi memandangi petugas itu menyapu gerbong yang berikutnya.

Siapa yang harus disalahkan? Jika kebersihan harus mengotori tempat lain.

Di atas kereta api, 11 Januari 2012.
Abu Dohak.

Sabtu, 07 Januari 2012

MAHRAJAN CINTA

Pagi yang cerah untuk mengawali aktivitas yang indah. Kumasukkan tasku kedalam laci meja sekolah dan kupandangi nuansa pagi yang eksotis dari balik kaca jendela. Kuhela nafas panjang sebagai penyeimbang senyuman riang. Satu persatu mereka mulai memasuki ruangan. Aku menyenyumi mereka yang mengangguk-angguk mengisyaratkan 'selamat pagi' kepadaku. Lalu mereka berkumpul bak kelompok menceritakan gosip pagi yang tak pernah aku tahu.

Aku masih belum menemukan teman yang cocok meski sudah bersekolah selama sebulan di sekolah yang aneh ini. Ya, aneh sekali bagiku. Dari kecil aku dididik didalam pesantren. Tidak pernah terbayang olehku belajar sambil cangkrukan dengan gadis-gadis cantik berok mini. 'seperti di café-café' cengirku dalam hati. Andai orang tuaku tidak dipindah tugaskan pasti aku masih bisa meneruskan hafalan qur'anku di pesantren.

Dia memang beda dari yang lainnya. Memang sih tidak berkerudung, tapi hanya dia satu-satunya gadis di sekolah yang kutemui mengenakan rok panjang. Selain itu dia juga pendiam dan terhormat, tidak seperti gadis-gadis lain yang lumrah pegang-pegangan dengan teman pria mereka. Selain itu, dia juga cerdas dan bijak, dia jauara terus disekolah, semua guru mengenal dan menyukainya. Selain itu, dia sangat manis.

Matakau tak lelah menatapnya dari tadi dari balik kaca jendela. Tapi entah kenapa seakan aku merasa gundah dan menderita kala melihatnya. Seolah aku ingin terus menjauh tatkala ia dekat denganku. Hatiku terasa terenyuh dan sakit sekali. Tapi kerap kali aku terseyum puas dikala perasaan-perasaan itu menyerangku. 'inikah cinta?' pikirku sambil meraba-raba jantungku. Jika benar, maka ini adalah yang pertama.

Aku memang sudah lama meliriknya. Ya, tidak lama juga sih karena aku baru sebulan bersekolah disini. Tapi dia satu-satunya siswi disini yang mampu menggugah semangat cintaku dari tidur malasnya.
Pada jam istirahat, para siswa berkelompok-kelompok membicarakan hal-hal yang belum pernah aku tahu. Mereka tampak bersemangat sekali membicarakannya. Aku mencoba menguping pembicaraan mereka tapi aku tidak mengerti apapun. Yang dapat aku dengar hanya kata-kata 'cinta' dan 'festival'.

"hey, kau sedang apa? Boleh aku duduk disini?" tegur Aan.

"hah! kau mengagetkanku An. Mereka pada bicara apa? Kok kelihatannya seru sekali".

"kau tidak tahu, sebentar lagi hari valentine. Akan ada perlombaan besar-besaran".

"perlombaan apa?"

"baiklah, berhubung kau anak baru jadi akan kujelaskan. Kau kenal Puput kan? Dia wanita tercantik disekolah ini".

"Puput? Siapa?"

"itu lho cewek yang biasa memakai rok panjang sendiri itu. Kau jangan memotong omonganku dulu. Jadi, biasanya para siswa akan mengadakan festival untuk siapa yang berhak memacari gadis tercantik sekolah ini selamat setahun. Yang dalam hal ini adalah Puput. Tapi ya, sudahlah, jangan terlalu kau pikirkan, tak ada gunanya. Kita hanya ditakdirkan sebagai penonton".

"kenapa begitu?".

"yaa .. kita punya apa untuk diandalkan. Rata-rata yang ikut festival itu adalah anak-anak orang kaya dan orang-orang ganteng. Kita, tampang pas-pasan, dompet kering, kuper lagi".

"kenapa Puput harus mau?".

"karena itu sudah tradisi sekolah ini turun temurun, lagian Cuma setahun kok".

"jurinya?".

"Puput sendiri".

Aku baru tahu kalau namanya Puput. Dan Aan benar, aku tidak punya apa-apa untuk kuandalkan, mana sebanding aku dengan mereka. Mungkin benar kata orang-orang bahwa cinta itu cukup untuk dirasakan tak perlu untuk digenggam.

Sore hari, pada jam ekstrakurikuler di sekolah, seluruh siswa mengerumuni seorang siswa laki-laki yang berdiri diatas kursi. Aku pun berlari menembus desakan-desakan bahu para siswa untuk mendengar jelas apa yang diberitakan orang itu.

"peraturannya agak berbeda tahun ini. Ini demi keadilan dan menjawab keluhan para siswa laki-laki yang kurang beruntung selama ini. Jadi kami selaku panitia dari 'valentine girl event' memutuskan untuk mewajibkan masing-masing kelompok siswa laki-laki mengikuti festival. Kami sudah menentukan kelompok-kelompok itu. Setiap kelompok minimal mengirim satu perwakilan. Kelompok-kelompok itu adalah kelompok orang kaya, kelompok anak gaul, kelompok orang pintar, kelompok orang bodoh dan kelompok orang culun. Daftar nama-nama anggota kelompok yang sudah kami tentukan bisa dilihat sendiri di Mading. Pendaftaran paling lambat besok hari! Ayo kita meriahkan acara ini bersama-sama".

Aku pun bergegas untuk melihat dikelompok mana aku ditempatkan mereka. Aku mendapati namaku nomor satu dikelompok orang culun. Memang sih aku culun sedikit. Tapi ini tidak akan mengubah keadaan. Banyak siswa culun yang lebih berhak ikut event itu selain aku.

Aku terkejut ketika Aan berbisik padaku bahwa aku yang didaftarkan mewakili orang culun.

"kenapa harus aku?"
]
"yang lain tidak ada yang mau. Karena itu hanya akan menambah rasa malu dan kekurang percayadirian mereka saja. Karena mereka sudah pasti kalah".

"bukankah ini demi keadilan para siswa yang selama ini mengeluh karena tidak bisa ikut festival?".

"ahhh.. itu hanya akal-akalan panitia saja agar tidak mendapat saingan".

"iya, tapi kenapa harus aku yang didaftarkan?"

"kau kan masih baru, jadi .. kau tidak punya pilihan. Ya sudah selamat berjuang ya".

Semalaman, seharian, aku terus memutar-mutar otakku. Aku tidak punya uang untuk membeli hadiah. Aku hanya diberi akal pas-pasan, aku tidak bisa menciptkan sesuatu yang luar biasa. Aku tidak pernah pacaran sebelumnya, jangankan pacaran kenal perempuan saja baru ini. Bagaimana bisa aku merayu perempuan dengan bahasa yang indah dan romantis. Apa yang harus aku lakukan. Apa aku harus diam saja sebagai pecundang?.

Sudah beberapa hari aku tidak konsen belajar. Pikiranku bercabang-cabang menjadi tidak karuan. Dan berhari-hari pula berlalu tanpa kutemukan apapun sebagai sesuatu yang dapat kuandalkan difestival. Dan aku tersentak ketika mengetahui bahwa besok adalah tanggal 14 Februari.

Kuhubungi Aan untuk membantuku. Paling tidak memberiku idelah. Tapi aku ibarat mengadu pada batu bisu. Aku tidak mendapatkan hasil apa-apa dari Aan. Aku tidak tahu lagi harus menghubungi siapa. Aan satu-satunya yang lumayan akrab denganku. Kupikirkan dalam-dalam, apa sebenarnya yang kumiliki. Meski aku tidak punya dan tidak bisa apa-apa tapi pasti tersisa sesuatu yang aku miliki.

Kuputar terus otakku dan kutemukan. Ternyata aku masih memiliki sesuatu, berdegub kencang bersama deguban jantungku. Aku masih memiliki cinta. Aku pun tersenyum lebar dan mulai merasa mantap sebagai anggota festival. Bermodalkan cinta aku akan menjadi pemenangnya.

Namun malam itu, aku diliputi kebingungan lagi. Bagaimana caraku menawarkan modalku. Apa aku harus menyataknnya langsung. Konyol sekali pikirku. Bisa kencing dicelana aku. Aku harus punya gaya tersendiri. Tapi harus dengan gaya apa?. Kuputar lagi otakku dengan harapan barangkali masih ada yang tersisa dari kelebihanku. Apa yang bisa dilakukan oleh seorang mantan anak pesantrenan sepertiku ini? Aku duduk dan tanpa sengaja mataku menemukan mushaf al-qur'an yang sering kupakai menghafal dulu. Lalu, senyumku pun mulai terekah dibibir yang sudah lama tidak berkhittah.

Aku pun mengambil pena dan selembar kertas. Dan kutulis :

"Biarlah Tuhan yang menyampaikan maksudku".

Diakhir kertas kutulis "bukalah surat Tha-Ha ayat 41"

Acara itu sangat ramai sekali. Para siswa antusias sekali memeriahkan acara yang bagiku sangat bodoh itu. Giliran orang-orang kaya tiba. Ada yang memberinya cincin, ada yang memberinya jam tangan, ada yang kalung dll. Giliran orang pintar pun tiba, ada yang memberinya puisi, ada yang memberinya penemuan-penemuan jenius dari rangkaian listrik dan sebagainya. Tiba pula giliran anak-anak gaul. Ada yang
menghadiahkannya lagu romantis bahkan ada yang mengangkatnya seperti putri salju dan menyanjungnya dengan kata-kata romantis dan macam-macam.

Dan tibalah giliranku dari kelompok orang culun. Hanya aku satu-satunya perwakilan dari kelompok orang-orang culun. Aku pun maju dengan gugup dan memberinya satu lembar kertas. Jangankan bicara, menatapnya saja didepan orang ramai seperti itu aku tidak sanggup seakan jantunku akan melompat keluar saking kencangnya ia berdegub. Kemudian aku pun turun lagi dari atas panggung.

"kalau aku kalah jangan salahkan aku" bsisikku pada Aan yang juga termasuk culun.

"tidak ada yang akan menyalahkanmu karena memang itulah takdirnya". Katanya.

Ia membuka suratku lalu menatapku tajam dengan matanya yang indah. Aku sendiri tidak mengerti apa arti tatapannya itu. Lalu ia berbisik dengan salah seorang panitia. Dan kemudian panitia itu membawakan mushaf terjemahan kepadanya. Penonton heran akan tingkahnya yang meminta mushaf ditengah-tengah acara. Mungkin mereka pikir apa hubungannya al-qur'an dengan festival cinta?.

Matanya pun sibuk mencari ayat yang kumaksud dalam surat itu. Tapi ia menemukannya dan dimushaf itu tertulis khittah Tuhan :

 "dan aku telah memilihmu untuk diri-Ku"*

A
cara itu berlalu dan aku sangat malu. Dikantin Puput masih memperhatikanku dan pandanganku tertunduk-tunduk malu menanggapinya.

"memang apa yang kau tulis dalam surat itu?, sepertinya ia menyukainya. Dari tadi ia memandangimu. Nanti sore pada jam ekstrakurikuler pengumumannya. Kau tahu kan?".

Aan memang culun tapi ia sangat cerewet denganku. Kali ini aku memilih bisu menanggapinya karena sebenarnya ialah yang mendaftarkanku sebab ia tahu selama ini diam-diam aku memperhatikan Puput.

Sore itu aku ingin tidak hadir karena takut menerima kekalahan. Tapi entah kenapa hati ini begitu kuat dan yakin. Mungkin karena aku menyampaikannya melalui khittah Tuhan yang suci.

Seluruh siswa pun berkumpul untuk mendengarkan keputusan Puput yang akan dibacakan protokol. Aku sempat duduk dibelakang menjauh dari kerumunan para siswa. Tapi Aan menyeretku hingga berada paling depan bersama dengan para peserta yang lainnya. Keminderanku untuk meyakini aku bisa menang membuatku tidak mendengar protokol menyebut namaku berkali-kali. Hingga akhirnya Aan menepukku dan menyadarkanku bahwa akulah yang dipilih oleh Puput.









THE END.

Tareem, 7 September 2011.

ABU DOHAK





*Ayat ini menceritakan tentang Nabi Musa a.s yang dipilih Allah swt menjadi rasul-Nya. Namun secara tekstual kalimat dalam ayat tersebut bisa dipinjam untuk menyampaikan maksud tertentu sebagai sindiran seperti dalam cerita ini.

Senin, 02 Januari 2012

PETUALANGAN HUTAN 3


Tapi sayang, kehangatan tawa ria mereka itu tidak berlangsung lama. Beberapa saat ketika mereka menikmati kebersamaan itu. Dua manusia hitam tadi muncul diatas tebing. Salim melihatnya dan berkata :
“itu” sambil menunjuk keatas. Salim langsung menggenggam erat tangan si nona manis lagi dan mengajaknya berlari. Mereka berlari menyebrangi aliran air terjun itu. Batu demi batu diloncati. Lalu mereka terus memasuki hutan rimba lagi. Mereka berdua terus berlari dan sangat cepat.
“mungkin sudah agak jauh” pikir Salim, ia ingin beristirahat sejenak. Namun sebelum ia dan si nona manis sempat berhenti, ada segerombolan makhluk hitam yang sama didepan mereka. Salim dan sinona manis menjadi kaget tak kepalang. Salim langsung menarik tangan si nona untuk berlari kearah kanan. Salim kalut dan takut. Ia hanya bisa berlari sekuat tenaga. Tak penting jalan mana yang mereka tempuh. Asal kaki bisa melangkah kita terus berlari pikir Salim. Dan kali ini Salim dan si nona manis berlari menanjak bukit. Bukit yang tinggi sekali. Sementara dibelakang bukan hanya dua, tapi segerombolan makhluk hitam yang ingin memangsa mereka.
“ayo berusaha!!” jerit batin Salim dalam hati untuk menyemangati dirinya.
Dan akhirnya setelah kejar-kejaran itu berlangsung lama, Salim dan si nona manis pun sampai kebukit yang paling tinggi. Sesaat sesampainya mereka diatas bukit itu, Salim dan si nona manis itu pun terdiam oleh sebuah pemandangan yang sangat eksotis dan menakjubkan.
“wah!! Indah sekali” kata nona itu. Didepan mereka ada sebuah candi besar terukir rapi. Namanya candi Trenggalek, sebuah bukti sejarah dari penginggalan kerajaan kuno di Indonesia. Namun salim dan si nona manis itu tidak mengerti bangunan apa itu.
“indah sekali ya, ada bangunan dengan ukiran rapi seperti ini diujung bukit Srigayang, aku tidak pernah tahu” lanjut nona itu.
“mungkin ini bukti sejarah” kata Salim yang dari tadi terus memandanginya dan menjamahnya. “tapi apapun ini” kata Salim “sungguh menakjubkan”. Lalu Salim mengarahkan pandangannya kearah kanan.
“lihat itu!” kata Salim sambil menunjuk kearah sebuah bukit hutan “kita berada pada bukit yang kedua dari hutan perbukitan Srigayang ini. Lihat!” Salim menolehkan kepalanya kesebelah kiri “itu, bukit ini dekat sekali dengan desa. Jika kita turun dan menelusuri jalan itu kita akan sampai kedesa. Kita akan keluar dari hutan ini!” kata Salim dengan suara yang agak lantang. “kita selamat” kata Salim penuh bahagia. Namun si nona manis itu hanya membengongi Salim. entah apa arti bengongan dan tatapan si nona itu. Mungkin bagi si nona, keselamatan mereka adalah awal dari perpisahan mereka. Tapi ia hanya diam. Lalu dengan agak terpaksa si nona manis itu pun meerkahkan senyumnya walau tidak selebar dan seceria sebelumnya.
Ketika mereka ingin turun mengitari jalan itu, sebagian gerombolan makhluk hitam muncul dari jalur itu sehingga Salim dan si nona manis mundur kebelakang dan memutari candi itu. Mereka terjebak. Kini, makhluk hitam itu akan mengepung mereka. Salim memandangi nona itu sangat dalam. Tangan mereka terus berpegangan sangat erat bahkan lebih erat dari yang sebelumnya. Seakan mereka tak sudi jika genggaman kedua tangan itu terputus. Disekitar mereka segerombolan makhluk hitam mulai datang menyerang mereka dari segala penjuru. Kemudian dengan penuh yakin Salim menarik tangan si nona cantik itu masuk menelusuri candi. Jalannya penuh dengan belokan dan liku-liku. Sementara itu, segerombolan makhluk hitam terus mengejar mereka memasuki candi itu. Setelah beberapa saat berputar-putar didalam candi, Salim merasa terjebak. Tak ada jalan yang bisa membantu mereka keluar. Raut keputus asaan mulai terpancar dari wajah Salim. akan tetapi, tidak, pasti ada jalan keluar dan Salim percaya itu.
Diujung tembok dan ditutupi oleh beberapa selingan tembok, Salim menemukan sebuah pintu kecil. Salim memandangi si nona jelita dan si nona jelita itu menganggukkan kepalanya sebagai isyarat setuju untuk memasuki pintu itu. Mungkin hanya itulah satu-satunya jalan. Mereka berdua pun memasuki pintu kecil itu. Dibalik pintu itu ada ruangan kecil panjang yang gelap dan kotor sekali. Lalu Salim menutup pintunya dan berharap Tuhan akan memalingkan pandangan mereka dari pintu itu. Diruangan yang gelap dan kotor itu, Salim hanya bisa melihat mata si nona manis dan giginya apabila ia bicara. Suasana didalam ruangan itu hening tanpa suara tapi tangan mereka terus berpegangan erat.
“kau takut?” bisik Salim bertanya memecahkan keheningan diantara mereka. Si nona jelita itu hanya menggeleng dan berkata
“karena ada kau”. Salim hanya membalasnya denga senyuman ramah. Akhirnya, setelah dua hari terjebak, Salim bisa agak sedikit lega karena sudah menemukan jalan keluar. “sedikit lagi” pikir Salim.
“sekarang giliranmu yang bicara” tegur nona manis itu “tadi malam aku menceritakan semua perihalku, sekarang ceritakanlah perihalmu” lanjutnya. Salim pun dengan senang hati menceritakan semua tentang dirinya bahwa ia mempunyai seorang kakak perempuan yang sangat ia sayangi bernama Linda. Ia juga menceritakan bunda, ayah dan keharmonisan keluarga mereka dengan panjang lebar. Sampai-sampai sebab ia ingin belajar kejawa pun habis ia ceritakan. “mungkin dengan cerita ini kami bisa dengan sabar menunggu kepergian para makhluk  hitam” pikir Salim.
“apa kau pernah jatuh cinta?” Tanya nona jelita itu polos. Salim terdiam dan memandangi si nona itu dalam kegelapan. Lidahnya seperti membeku seperti batu untuk membahasakan suara cinta. “tapi baiklah” pikir Salim dalam hati. Ia berkata :
“aku sangat sulit sekali jatuh cinta dan akan sulit sekali menarik cinta itu apabila terlanjur jatuh kehati orang. Sulit sekali. Tidak semudah menarik tanganmu terus kubawa berlari” Salim diam dan suasana diantara mereka sempat hening sejenak. “dulu, pernah cinta itu jatuh, waktu itu aku baru kelas 2 SD” lanjut Salim.
“secepat itukah kau sudah mengenal cinta?” serobot nona jelita itu bertanya kaget. Salim hanya membalasnya dengan senyuman lagi. Lalu ia berkata :
“ya secepat itu, cepat sekali bukan? Tapi aku adalah orang yang terbodoh didunia, aku tidak pernah bisa mengungkapkannya, aku sangat malu, jangankan mengungkapkannya menyebut namanya saja didepannya aku tidak berlari. Sampai akhirnya kami lulus SD, aku tetap tidak berani mengatakannya”. Salim mulai teringat lagi tentang masa-masa lalunya.
“kalau aku boleh tahu, siapa dia?” Tanya nona manis itu.
“namanya Tuti” jawab Salim “dia adalah anak tercantik disekolah waktu itu, yah begitulah cintaku”. Salim pun diam kembali dan suasana hening kembali diantara mereka sejenak dan kemudian keheningan kembali hilang oleh perkataan Salim :
“tapi...” tiba-tiba suara rebut-ribut yang aneh terdengar jelas dari balik pintu. Itu adalah suara segerombolan masunia hitam. Salim dan si nona cantik pun menghentikan pembicaraan mereka. Setelah suara rebut-ribut itu menghilang dari arah luar, si nona manis mulai bertanya lagi : “tapi apa?”. Salim menjawab : “tapi...” dan suara rebut-ribut terdengar lagi dari luar pintu tapi kali ini lebih ramai dan lebih keras dari sebelumnya.
“sepertinya mereka menemukan persembunyian kita” bisik Salim. Tanpa pikir panjang Salim pun mengajak si nona manis itu menelusuri ruangan gelap yang memanjang itu. Ternyata ruangan itu sangat panjang sekali. Mereka berdua menemukan belokan. “mungkin ada celah dijalan yang berbelok pikir Salim”. Ternyata benar, sesaat setelah mereka memasuki belokan itu, Salim dan si nona jelita itu menemukan setitik cahaya. Ya, ada setitik lobang yang menembus tembok itu. Akhirnya, Salim dan si nona itu pun memperhatikan lobang yang tertembus cahaya itu. Dan ternyata, tembok itu adalah pintu yang sudah ratusan tahun bahkan ribuan tahun tak pernah dibuka. Salim dan si nona pun mendobrak pintu tua itu. Lalu, pintu terbuka. Ternyata mereka berada disisi candi yang bagian luar. Dan dihadapan mereka adalah sebuah jalan yang tadinya menurut perkiraan Salim itu adalah jalan keluar menuju desa. Sementara itu, segerombolan makhluk hitam tadi masih berada didalam pekarangan candi. Salim dan si nona jelita segera menelusuri alur turun sebagai jalan keluar itu tanpa terlihat oleh segerombolan makhluk hitam karena terlindung oleh bangunan candi. Setelah beberapa saat Salim dan si nona menelusuri jalan turu, ternyata salah seorang dari makhluk hitam itu ada yang melihat mereka. Dia yang melihat itu pun langsung member isyarat kepada teman-temannya atas keberadaan mereka berdua. Segerombolan makhluk hitam itu langsung keluar dari pekarangan candi dan mengejar mereka berdua. Aksi kejar-mengejar pun terjadi lagi.
Salim dan si nona jelita berlari sangat kencang. Salim dengan tenaga yang super ekstra ditambah rasa takut, jalan yang menurun itu pun membantu kencangnya lari mereka berdua. Begitu juga dengan segerombolan makhluk hitam, mereka berlari sangat kencang. Setelah beberapa lama berlari diatas tanah yang menurun, kini Salim, si nona jelita dan para manusia hitam telah memasuki area hutan yang datar. Dan menurut perkiraan Salim, desa sudah tidak jauh lagi dari mereka.
Disela-sela lari yang berkecepatan tinggi, sebuah kotak kecil yang dibuka si nona manis pada malam itu terjatuh dari sakunya.
“tunggu!” kata si nona jelita. Ingin rasanya ia berhenti dan memungut kotak itu kembali. Akan tetapi Salim tidak mau berhenti dan terus menarik tangan si nona jelita itu untuk berlari. Lalu si nona itu berusaha untuk melepaskan tangannya dari genggaman Salim. tapi, Salim sekali-kali tidak akan membiarkannya. Karena Salim semakin merasa yakin bahwa desa sudah tidak jauh lagi dihapannya. Namun, disela-sela melepaskan  tangan itu si nona berkata
“kokatku jatuh” lalu ia pun berhasil melepaskan tangannya dari genggaman Salim dan mereka berduapun berhenti mendadak.
“kita akan tertangkap jika kembali kebelakang” kata Salim dengan sangat kesal.
“tapi aku tidak akan keluar dari hutan ini tanpa kotak itu” kata si nona jelita. Salim sangat kesal sekali. Tapi apa boleh buat, tak ada gunanya banyak bicara pikri Salim karena segerombolan manusia hitam itu sudah semakin mendekati mereka.
“baik” kata Salim “biar aku yang mengambilnya, kau tunggu disini”. Tanpa menunggu persetujuan dari si nona Salim langsung berlari kembali kebelakang untuk mengambil kotak itu. Si nona jelita pun hanya bisa diam memandangi Salim. “harapan penuh kucurahkan dipundakmu”. Kria-kira seperti itu pesan pandangan itu. Lalu akhirnya, Salim menemukan kotak itu tergeletak dihimpit rerumputan. Salim pun memungutnya dan memperlihatkannya kepada si nona jelita dari jarak jauh. Si nona cantik itu kelihatan senang sekali. Senyuman lebarnya terekah menunggu hampiran Salim. namun, ketika kaki Salim mulai melangkah untuk berlari lagi, segerombolan manusia hitam itu pun muncul dan mengepungnya. Salim terperanjat dan ketakutan. Mengetahui keadaan itu si nona jelita mulai bergerak untuk menolong Salim. tapi sayang, aksi nona manis itu pun sudah ketahuan duluan oleh segerombolan manusia hitam itu. Salim yang dari tadi mulai berjalan mundur dengan perlahan ini pun memberi isyarat kepada si nona jelita untuk pergi dan menemukan desa. Merasa isyaratnya tidak mempan, Salim lantas berteriak keras “LARI... cepat lari ...”. si nona manis itu hanya bisa menggeleng. Air matanya mulai jatuh menyentuh sudut bibirnya. Tak terpikir olehnya akan keadaannya. Ia tidak menyangka ternyata seperti ini akhirnya. Beberapa dari makhluk hitam itu pun berbalik arah dan mulai berlari memangsa si nona jelita. Akhirnya dengan terpaksa si nona manis itu pun berlari menginggalkan Salim. Air mata Salim pun jatuh memandangi nona jelita itu berlari. Lalu kemudian mereka berdua pun terpisah. Salim meninggalkan perasaannya dan memasuki kembali dunia pikirannya. Dihadapannya ada beberapa makhluk hitam yang berjalan perlahan mendekatinya. Salim pun mulai berbalik arah dan lari lagi kepedalaman hutan. Ia berlari sangat kencang dan tangan si nona jelita yang dulu biasanya ia genggam erat ketika berlari kini berubah menjadi kotak kecil seukuran telapak tangan orang dewasa. Karena tidak mau memasuki hutan terlalu dalam lagi, Salim memilih untuk tidak berlari lurus. Ia berlari memutar-mutari rawa dan pepohonan. Hampir satu jam telah berlalu Salim masih bermain petak umpat itu dengan para makhluk hitam. Dan akhirnya Salim merasa sangat lelah sekali. Ia pun memilih untuk berhenti dan bersembunyi dibalik pohon besar. Lalu setelah itu, ia pasrahkan semuanya kepada Tuhannya. Di balik pohon persembunyiannya itu, ia memandangi kotak si nona jelita. Ia merasa sangat kesepian. Ia merasa ada sesuatu yang telah terenggut dalan jiwanya. Dan Salim sangat ketakutan. Ternyata, keberadaan si nona jelita itu disampingnya bisa membuatnya lebih tegar dan nyaman. Setelah sekitar 15 menit Salim bersembunyi dibalik pohon besar itu, Salim mendengar ada suara ranting patah akibat injakan kaki. Ingin rasanya Salim keluar dan berlari lagi, tapi ia tak kuasa. Ia merasa sangat lelah sekali. Kakinya terasa ingin copot. Akhirnya, ia memasrahkan semuanya kepada sang Kuasa. Salim berdoa agar makhluk hitam itu tidak menemukannya. Tapi, “doa harus disertai usaha” pikirnya. Bukan Salim namanya kalau dia hanya diam disini tanpa melakukan sesuatu. Salim melihat ada kayu besar disampingnya. Lalu ia pun meraihnya. Sementara, suara langkah kaki itu mulai terdengar jelas menginjaki rawa-rawa. Melalui pendengarannya, Salim yakin kalau suara langkah itu tepat berada dibalik pohon. Salim memegang erat ranting itu dan mulai bangkit. “satu.... dua... “ hitung Salim dalam hati sambil menarik nafas. Ia akan memukul makhluk hitam itu sekuatnya dan berlari menuju desa. “tiga” dan ternyata sebuah senjata api panjang tertodong tepat diwajah Salim. salim pun menghembuskan nafasnya dengan lega. Ternyata, dihadapannya adalah pak polisi yang sedang mencarinya.
*                     *                      *
Kini Salim pun aman berjalan tenang didalam hutan dengan dikawal beberapa orang polisi. Salim melitah hampir ratusan polisi yang diturunkan kehutan untuk mencarinya. Tapi Salim tidak melihat satu pun makhluk hitam tadi. Tapi “sudahlah” pikir Salim “itu sudah berlalu”. Dan sekarang ia berkumpul lagi dengan teman-temannya. Sesampainya diluar hutan, Salim disambut ramai oleh teman-temannya. Terutama Rifat yang sangat gembira atas kehadiran Salim. mereka berdua langsung berpelukan. Salim memperhatikan sektianya ada banyak orang. Ada polisi, orang-orang kampong dan juga banyak mobil. Namun Salim tak juga menemukan si nona jelita itu.
“kau melihat siapa?” Tanya Rifat
“oh, bukan siapa-siapa” jawab Salim.
“kau harus menceritakan semuanya kepadaku” kata Rifat. Salim hanya tersenyum dan kembali memperhatikan sektiarnya.
“kau tahu” kata Rifat melanjutkan “ternyata bukan hanya kau saja yang tersesat dalam hutan, ada seorang gadis cantid seumuran kita juga yang tersesat disana”.
“apa? Kau melihatnya? Kemana dia?” Tanya Salim.
Dia sudah pergi, tadi ketika ia keluar, ia langsung dibawa oleh mobil hitam mewah, kupikir dia adalah orang kaya, kalau bukan anak pejabat pasti anak konglomerat” kata Rifat menjelaskan. Salim hanya diam terbodoh mendengar penjelasan Rifat. Ingin rasanya ia bertemu dengan gadis jelita itu sekali lagi sasa.
Mereka berdua dan para siswa yang lainnya naik kedalam bus dan akan menempuh perjalanan pulang. Salim menceritakan kepada Rifat semua yang ia alami didalam hutan secara panjang lebar. Tak tertinggal juga tentang nona jelita itu.
“wah, hebat Lim” kata Rifat. “memang namanya siapa Lim” Tanya Rifat.
“bodoooh” teriak Salim dalam hati sambil memukul kening. Ia sudah begitu akrab dengan si nona jelita tapi mengapa ia lupa menanyakan nama nona itu. Si nona juga lupa bertanya nama kepada Salim. kebersamaan membuat mereka bersatu sehingga nama tak lagi menjadi pembatas diantara mereka. Tapi, “tetap saja bodoh” pikir Salim. salim sangat menyesal sekali dan marah kepada dirinya sendiri. Tapi Salim berjanji “suatu saat aku akan menemuimu lagi apapun yang terjadi”. Salim pun teringat tentang peristiwa ia dan si nona jelita itu didalam ruangan gelap dicandi Trenggalek. Waktu itu ada suatu perkataan yang belum sempat diselesaikan Salim. sebenarnya Salim ingin mengatakan “tapi, sejak pertama kali aku memandang matamu, ada perasaan aneh yang muncul. Perasaan itu muncul dan tumbuh begitu cepat dan spontan”. Ternyata Salim yang tidak mudah mencintai wanita ini tunduk dan takluk hanya dalam pandangan pertama kepada si nona jelita itu.
“aku akan mencarimu” kata Salim mantap dalam hatinya yang paling dalam. Salim pun sadar bahwa ditangannya ia masih memegang kotak milik sinona itu. Diiringi laju bus yang  lumayan kencang, Salim mencoba untuk membuka kotak itu. “isinya pasti sangat berharga sehingga ia tidak rela kotak ini tinggal di hutan” pikir Salim. pelahan ia buka. Dan ternyata isinya adalah sebuah foto mesra antara si nona jelita itu dan kedua orang tuanya. Diatas foto itu terletak sebuah salib kristus. Salim jadi mengerti kenapa ketiak ia menyuruhnya untuk shalat, si nona jelita itu hanya tersenyum tanpa menjawab sedikit pun. Salim merasa agak sedikit aneh dengan fakta baru ini. Tapi Salim sudah terlanjur berjanji “apapun yang akan terjadi, tetap ia akan kutemui”. Dan disepanjang perjalanan pulan itu, Salim melamun terus memikirkannya. “kebahagiaan itu datang secara tiab-tiba dan dengan cepat pula ia menghilang” pikir Salim. cukup singkat. Takkan pernah ada yang tahu perihal Salim di hutan itu. Kecuali dia, si nona jelita, Rifat sahabatnya dan tentunya Tuhan Sang Maha Pencipta.
THE END
Mukalla, 5 Sept 2010
Abu Dohak.