Laman

Senin, 29 Oktober 2012

IDUL ADHA DI MUKALLA

Assalamu'alaikum ...
Salam lebaran bagi sahabat semua.
Allahu akbar, allahu akbar, allahu akbar, la ilaaha illa allahu allahu akbar, allahu akbar walillahil hamd.
Gema yang tak setiap hari bisa kudengar. Tapi rasanya biasa saja. Benarkah?
07 dzulhijjah 1433 bertepatan dengan 23 Oktober 2012 pukul 08.12 sekitar 13 orang kami berangkat ke Mukalla, ibu kota provinsi Hadramaut, Yaman. Perjalanan kali ini, boleh dikatakan hanya untuk sekedar ziarah atau, hanya untuk membuka kembali memorabilia beberapa tahun silam. Karena dulu, aku pernah menetap selama satu tahun dikota madaniyah ini.
Ini pertama kalinya aku ke Mukalla semenjak perpindahanku ke Tarim tiga tahun lalu. Hmm, badai rindu ini membuat senyumku tak mengendur disepanjang perjalanan menuju Mukalla, yang ditempuh selama plus minus 6 jam.  Aku yang duduk disamping pak sopir tak memperdulikan ocehan dan gelegar tawa teman-temanku dibelakang, jalanku menemukanmu, Mukalla! Tapi sayang, untuk menekan waktu perjalanan pak sopir mengambil jalan pintas yang tidak sepenuhnya mulus. Akibatnya,  darat seolah perjalan laut yang membelah omabk-ombak raksasa yang membuat sebagian penumpang dalam mini bus itu mabuk dan muntah-muntah sepanjang perjalanan. “perut saya kosong ini. semua yang saya makan tadi pagi itu, saya muntahkan semuanya, saya minum air satu gelas, keluarnya juga satu gelas, saya minum lagi, keluar lagi, agghhhh”. Kira-kira begitu cetus kesalnya bicara pada kami. Untung saja aku duduk paling depan.
08 Dzulhijjah 1433. Kami sudah buat janji untuk ziarah ke kediaman Habib Abdullah Muhammad Baharun, Rektor Jami’ah Al-ahgaff. Pilihan waktu pun jatuh pada ba’da maghrib. Kami sendiri bergegas ke rumah Habib pukul setengah lima sore. Agar shalat maghrib bisa jamaah dengan Habib. Sebelumnya, kami empat orang sudah bermusyawarah terlebih dahulu mengenai hal penting apa yang akan kami bicarakan nanti pada Habib. Satu hingga tiga tema menarik sudah kami persiapkan dan kami pun berangkat dengan semangat yang berkobar-kobar, termasuk aku, karena aku sendiri mempunyai hal pribadi yang ingin kusampaikan kepada Habib.
Sesampainya di rumah Habib, kami pun langsung menuju masjid yang baru siap dibangun. Ada Khudori murid Habib yang sedang duduk sendirian didalam masjid. Cerita punya cerita dan ramah punya tamah dengan khudori, kami pun sampai dipenghujung puasa. Sayangnya, kami lupa membawa makanan pembatal untuk puasa kami.  Aku dan dua orang teman pun berinisiatif untuk membeli iftar ke baqalah (warung). Tapi sayang, baqalahnya begitu jauh dan kami harus menempuhnya dengan jalan kaki. Walhasil, belum sampai baqalah adzan mahgrib sudah terdengar. Sampai baqalah, baqalah pun tutup. Akhirnya kami memutuskan untuk shalat mahgrib di mushalla mahattah alias pom bensin di dekat baqalah. Akhirnya, shalat maghrib dibelakang Habib pun gagal.
Setelah dapat beberapa makanan, kami pun kembali ke kediaman Habib. Dan lagi-lagi harus dengan jalan kaki selama 15 menit. Sesampainya di rumah Habib, kami pun ingin memanggil teman-teman yang lain untuk membatalkan puasa mereka. Tapi, tampaknya ada yang beda di Masjid. Ya, ada Habib Abdullah ditengah-tengah mereka. Aku pun memanggil kedua orang temanku untuk bergabung bersama teman-teman yang lain dimasjid. Dan, lagi-lagi kami terlambat. Kami datang disaat-saat terakhir Habib akan meninggalkan masjid. Akhirnya, hal pribadi yang ingin kusampaikan pada Habib pun batal. Tapi untungnya, masih ada yang tersisa pada petemuan malam itu. Sebuah cepretan yang nantinya akan menjadi memorabilia nyata yang tak terluapakan.

10 Dzulhijjah 1433. Aku shalat ied di masjid Siddieq. Hampir saja aku tidak shalat karena begitu beratnya mata ini terbuka alias ngantuk. Tapi ini hanya sekali dalam setahun dan mungkin ini yang terkahir di Mukalla. Aku harus memaksakan diriku. Aku pun melangkah ke masjid tanpa mandi, tapi gosok gigi, bahkan tanpa cuci muka. Jorok ya. Hihihi.
Selesai shalat, eh, ada Habib Abdullah yang ternyata shalat di masjid yang sama denganku. Langsung saja aku mendatangi beliau dan menyalami beliau. Tapi kali ini tidak bisa berfose lagi apa lagi menyampaikan pesan pribadi. Setelah aku menyalami beliau, desak-desakan mulai tak terhindari untuk hanya sekedar bermusofahah dengan Habib Abdullah. Aku pun bermusofahah dengan para teman dan astidzah hingga cepretan berikutnya menjadi saksi idul adhaku di Mukalla.

Tidak sampai disitu, ada satu agenda yang sempat membuat pusing kepalaku selama di Mukalla. Lalu sore ied, agenda itu pun terlaksana dengan lancar, Alhamdulillah. Yaitu sosialisasi organisasi Sumatra atau OPISI. Sekitar 25 anak Sumatra beriringan menuju laut Mukalla lengkap dengan segala perbekalan mereka. Awalnya, kami ingin mensosialisasikan organisasi ini kepada anak-anak baru di Mukalla, setelah itu main bola lalu asya bersama. Tapi, ketika menatap laut, hasrat itu tak terbendung lagi. Kami meninggalkan agenda lalu terjun kelapangan pasir bermain bola.
Kemudian, adzan pun terdengar, kami terpaksa menghentikan permainan yang kacau-kacauan. Lalu shalat dengan pakaian dan keadaan seadanya. Aku sendiri adzan dipinggir pantai yang luas, dibawah teja yang semakin memudar. Lalu shalat dengan sarung yang berlumuran pasir. Seusai shalat, gema takbir dengan liriknya yang indah bergaya keindonesiaan berosrak lantang dari kerikil-kerikil asal Sumatra ini. Damai rasanya. 
Setelah itu, hari menggelap dan kami harus tetap melangsungkan acara sosialisasi itu. Kami pun bergeser mencari tempat yang sedikit lebih terang. Akhirnya pilihan pun jatuh di bawah lampu jalan tepat dipinggir jalan raya di dekat laut. Acara berlansung biasa. Tapi yang menjadi catatan tersindiri bagiku dalam acara ini adalah, dipinggir jalan raya didekat laut yang menjadi tempat tongkrongan banyak orang berpaham wahabi yang menganggap maulid itu adalah bid’ah dan haram, malah kami membaca dengan lantang dan keras maulid Nabi saw. Seribu mata tak terhindarkan menyeringai kami ketika kami berdiri dan mengucapkan salam kepada Nabi Muhammad Sallallahu ‘alaihi wa sallam.  

Idul Adha yang menyenangkan. Entah kapan ied seperti ini akan kembali. Ied yang penuh dengan tawa, kocak, sial, tapi menyenangkan wallah, dan, aku yakin, insya Allah barakah.

Mukalla, 11 Dzulhijjah 1433 H.
ABU DOHAK.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar