Laman

Jumat, 27 Juli 2012

Untuk mba Ria Astuti



Mba Ria,
Malam memang gelap
Langit sungguh mustahil dijangkau
Bumi pun memang bundar
Dan bintang, sampai bumi ini berakhir akan terus berserakan
Tapi, tetap saja ada rasa yang tak tersampaikan
Disaat matahari terbit
Panorama malam pasti akan sirna dan tak membekas
Bahkan tidak meninggalkan sedikit gelap pun
Matahari yang buas? Atau malam yang begitu penakut
Biar seberingas apa matahari membantai malam
Tetap saja ada cerita yang tak kunjung selesai
Seakan menciduk air dari lautan

Mba Ria,
Jalanan memang penuh debu
Atau bahkan menyengat mengulitimu
Keringat memang hasil dari lelah
Dan lelah adalah gambaran dari kerja keras
Aku menerimanya jika memang itu aturan mainnya
Tapi tetap saja terjatuh jika keringat tercucur tak membekas
Tetap saja rapuh jika tidur membuat lelah tak berarti lagi
Lalu bagaimana jika jejak yang selalu kau ukir harus rata kembali dihembus angin
Lalu bagaimana jika lilin yang kau bakar lenyap dimangsa api
Lalu bagaimana jika tinta yang kau gores luntur disapu air
Lalu bagaimana jika cinta yang kau tegakkan hancur akibat sikap dan kepribadian
Lalu bagaimana aku harus menjawabnya jika akal adalah bibit bodoh bahasa manusia
Lebih baik dulu tidak menjejak
Atau tidak membakar lilin
Atau tintaku habis
Atau tidak memiliki cinta
Lalu harus apa aku??
Menunggu??
Mesti selalukah aku menunggu???
Apa?ri
Apa?
Apa?
Tak ada yang tersisa.


Hari tanpa bekas.
Yogyakarta, 19-07-12
Abu Dohak.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar