Laman

Jumat, 13 Januari 2012

KEBERSIHAN YANG MENCEMARI


Hai, sabat, sudah lama nih tidak mosting cerita lagi. Kali ini adalah ceritaku sendiri. Bagi yang berminat terus baca ya. Bagi yang kurang berminat ngelike gak dilarang kok… selamat membaca!!

Hampir tiga bulan sudah aku di Indonesia. Tanah pertiwi yang aku cintai, yang sudah menyatu kedalam jiwa dan ragaku.

Suatu hari, aku dan keluargaku ada acara di Medan. Kota Medan dari tempatku tinggal berjarak sekitar lima jam-an. Berhubung banyak orang dari keluargaku yang ikut, kuota mobil kami pun tidak mencukupi. Aku dan beberapa orang saudaraku harus mengalah dan naik kereta api. Memang padat, tapi aku sangat menikmati perjalananku ketika itu. Perjalanan singkat namun tidak pernah kurasakan lagi selama beberapa tahun belakangan ini. Karena di Yaman tidak ada kereta. Mana mungkin rel kereta bisa tertancap diatas pasir yang selalu berhilir.

Sesekali naik kereta api, aku pun tidak mau hanya duduk dan diam menunggu waktu menyampaikan kereta api itu ke tempat tujuannya. Aku lantas mengambil jalanku untuk melihat-lihat sekitar kereta api dan menyapai orang-orang yang ramah menatapku. Sangat indah bisa bersua kembali dengan daerah kita sendiri. Tapi ada satu hal yang merisihkan pandanganku. Orang-orang acap kali acuh dengan lingkungan sekitar mereka. Dengan semakin banyak orang yang berjualan dikereta api, semakin banyak pula perut yang akan terisi. Tapi, akan semakin banyak pula sampah yang menyumpeki sudut-sudut kereta api.

Aku pun sempat bergumam kasihan. Meski aku tidak tahu harus kasihan kepada siapa. Mungkin aku harus kasihan kepada si ‘kereta api’ yang sudah berjuang keras untuk penumpang tapi penumpang tidak pernah memperhatikannya.

Beberapa waktu lalu, ketika setiap sore aku masih leluasa mengukir jejakku dipepasiran bumi Tareem di Yaman, pikirku sempat marah melihat orang-orang Yaman bahkan mahasiswa Indensia sendiri yang selalu membuang sampah sesuka hati mereka. Bathinku sempat terenyuh ketika membayangkah hal itu terjadi dibumi pertiwiku. Semenjak itu aku pun mulai berpikir untuk membuang sampah disembarang tempat. Kerap kali aku harus mengantongi bunkus-bungkus pelastik minuman atau makananku untuk membuangnya ditempat yang semestinya.

“jika aku tidak bisa menghormati daerah orang lain, bagaimana bisa aku menghormati daerahku sendiri?”. Pikirku waktu itu.

Hampir sampai perjalananku, hampir tiba tempat tujuanku. Kereta api terlihat lebih sepi dari sebelumnya. Namun tumpukan sampah kian membanyak. Aku pun berpikir bagaimana dengan sampah-sampah ini?

Namun, seorang pria separuh baya lengkap dengan seragam PT. KAI nya datang dari pintu seberang gerbong kereta api. Aku menatapnya dari kejauhan. Dan aku tersenyum bangga kepada orang itu.

Dengan sigapnya orang itu pun mengumpulkan semua sampah. Menyapunya dari sudut-sudut kereta api, dari bawah kursi, habis semuanya bersiah ia sapu. Hingga ia sampai dipenghujung gerbong. Aku yang berdiri persis didepan pintu gerbong itu pun harus berjingkrak-jingkrak mengangkat kakiku ketika ia menyapu.

“sungguh mulia orang ini!”. Pikirku salut.

Lalu, setelah semua sampah terkumpul didepan pintu gerbong itu, tanpa pikir panjang petugas kebersihan kereta api itu pun langsung membuang sampah-sampai itu keluar. Aku harus nanap ketika sampah-sampah itu berhempasan ketanah bumi pertiwi yang aku cintai. Lalu tatapku mengenap lagi memandangi petugas itu menyapu gerbong yang berikutnya.

Siapa yang harus disalahkan? Jika kebersihan harus mengotori tempat lain.

Di atas kereta api, 11 Januari 2012.
Abu Dohak.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar