Laman

Sabtu, 07 Januari 2012

MAHRAJAN CINTA

Pagi yang cerah untuk mengawali aktivitas yang indah. Kumasukkan tasku kedalam laci meja sekolah dan kupandangi nuansa pagi yang eksotis dari balik kaca jendela. Kuhela nafas panjang sebagai penyeimbang senyuman riang. Satu persatu mereka mulai memasuki ruangan. Aku menyenyumi mereka yang mengangguk-angguk mengisyaratkan 'selamat pagi' kepadaku. Lalu mereka berkumpul bak kelompok menceritakan gosip pagi yang tak pernah aku tahu.

Aku masih belum menemukan teman yang cocok meski sudah bersekolah selama sebulan di sekolah yang aneh ini. Ya, aneh sekali bagiku. Dari kecil aku dididik didalam pesantren. Tidak pernah terbayang olehku belajar sambil cangkrukan dengan gadis-gadis cantik berok mini. 'seperti di café-café' cengirku dalam hati. Andai orang tuaku tidak dipindah tugaskan pasti aku masih bisa meneruskan hafalan qur'anku di pesantren.

Dia memang beda dari yang lainnya. Memang sih tidak berkerudung, tapi hanya dia satu-satunya gadis di sekolah yang kutemui mengenakan rok panjang. Selain itu dia juga pendiam dan terhormat, tidak seperti gadis-gadis lain yang lumrah pegang-pegangan dengan teman pria mereka. Selain itu, dia juga cerdas dan bijak, dia jauara terus disekolah, semua guru mengenal dan menyukainya. Selain itu, dia sangat manis.

Matakau tak lelah menatapnya dari tadi dari balik kaca jendela. Tapi entah kenapa seakan aku merasa gundah dan menderita kala melihatnya. Seolah aku ingin terus menjauh tatkala ia dekat denganku. Hatiku terasa terenyuh dan sakit sekali. Tapi kerap kali aku terseyum puas dikala perasaan-perasaan itu menyerangku. 'inikah cinta?' pikirku sambil meraba-raba jantungku. Jika benar, maka ini adalah yang pertama.

Aku memang sudah lama meliriknya. Ya, tidak lama juga sih karena aku baru sebulan bersekolah disini. Tapi dia satu-satunya siswi disini yang mampu menggugah semangat cintaku dari tidur malasnya.
Pada jam istirahat, para siswa berkelompok-kelompok membicarakan hal-hal yang belum pernah aku tahu. Mereka tampak bersemangat sekali membicarakannya. Aku mencoba menguping pembicaraan mereka tapi aku tidak mengerti apapun. Yang dapat aku dengar hanya kata-kata 'cinta' dan 'festival'.

"hey, kau sedang apa? Boleh aku duduk disini?" tegur Aan.

"hah! kau mengagetkanku An. Mereka pada bicara apa? Kok kelihatannya seru sekali".

"kau tidak tahu, sebentar lagi hari valentine. Akan ada perlombaan besar-besaran".

"perlombaan apa?"

"baiklah, berhubung kau anak baru jadi akan kujelaskan. Kau kenal Puput kan? Dia wanita tercantik disekolah ini".

"Puput? Siapa?"

"itu lho cewek yang biasa memakai rok panjang sendiri itu. Kau jangan memotong omonganku dulu. Jadi, biasanya para siswa akan mengadakan festival untuk siapa yang berhak memacari gadis tercantik sekolah ini selamat setahun. Yang dalam hal ini adalah Puput. Tapi ya, sudahlah, jangan terlalu kau pikirkan, tak ada gunanya. Kita hanya ditakdirkan sebagai penonton".

"kenapa begitu?".

"yaa .. kita punya apa untuk diandalkan. Rata-rata yang ikut festival itu adalah anak-anak orang kaya dan orang-orang ganteng. Kita, tampang pas-pasan, dompet kering, kuper lagi".

"kenapa Puput harus mau?".

"karena itu sudah tradisi sekolah ini turun temurun, lagian Cuma setahun kok".

"jurinya?".

"Puput sendiri".

Aku baru tahu kalau namanya Puput. Dan Aan benar, aku tidak punya apa-apa untuk kuandalkan, mana sebanding aku dengan mereka. Mungkin benar kata orang-orang bahwa cinta itu cukup untuk dirasakan tak perlu untuk digenggam.

Sore hari, pada jam ekstrakurikuler di sekolah, seluruh siswa mengerumuni seorang siswa laki-laki yang berdiri diatas kursi. Aku pun berlari menembus desakan-desakan bahu para siswa untuk mendengar jelas apa yang diberitakan orang itu.

"peraturannya agak berbeda tahun ini. Ini demi keadilan dan menjawab keluhan para siswa laki-laki yang kurang beruntung selama ini. Jadi kami selaku panitia dari 'valentine girl event' memutuskan untuk mewajibkan masing-masing kelompok siswa laki-laki mengikuti festival. Kami sudah menentukan kelompok-kelompok itu. Setiap kelompok minimal mengirim satu perwakilan. Kelompok-kelompok itu adalah kelompok orang kaya, kelompok anak gaul, kelompok orang pintar, kelompok orang bodoh dan kelompok orang culun. Daftar nama-nama anggota kelompok yang sudah kami tentukan bisa dilihat sendiri di Mading. Pendaftaran paling lambat besok hari! Ayo kita meriahkan acara ini bersama-sama".

Aku pun bergegas untuk melihat dikelompok mana aku ditempatkan mereka. Aku mendapati namaku nomor satu dikelompok orang culun. Memang sih aku culun sedikit. Tapi ini tidak akan mengubah keadaan. Banyak siswa culun yang lebih berhak ikut event itu selain aku.

Aku terkejut ketika Aan berbisik padaku bahwa aku yang didaftarkan mewakili orang culun.

"kenapa harus aku?"
]
"yang lain tidak ada yang mau. Karena itu hanya akan menambah rasa malu dan kekurang percayadirian mereka saja. Karena mereka sudah pasti kalah".

"bukankah ini demi keadilan para siswa yang selama ini mengeluh karena tidak bisa ikut festival?".

"ahhh.. itu hanya akal-akalan panitia saja agar tidak mendapat saingan".

"iya, tapi kenapa harus aku yang didaftarkan?"

"kau kan masih baru, jadi .. kau tidak punya pilihan. Ya sudah selamat berjuang ya".

Semalaman, seharian, aku terus memutar-mutar otakku. Aku tidak punya uang untuk membeli hadiah. Aku hanya diberi akal pas-pasan, aku tidak bisa menciptkan sesuatu yang luar biasa. Aku tidak pernah pacaran sebelumnya, jangankan pacaran kenal perempuan saja baru ini. Bagaimana bisa aku merayu perempuan dengan bahasa yang indah dan romantis. Apa yang harus aku lakukan. Apa aku harus diam saja sebagai pecundang?.

Sudah beberapa hari aku tidak konsen belajar. Pikiranku bercabang-cabang menjadi tidak karuan. Dan berhari-hari pula berlalu tanpa kutemukan apapun sebagai sesuatu yang dapat kuandalkan difestival. Dan aku tersentak ketika mengetahui bahwa besok adalah tanggal 14 Februari.

Kuhubungi Aan untuk membantuku. Paling tidak memberiku idelah. Tapi aku ibarat mengadu pada batu bisu. Aku tidak mendapatkan hasil apa-apa dari Aan. Aku tidak tahu lagi harus menghubungi siapa. Aan satu-satunya yang lumayan akrab denganku. Kupikirkan dalam-dalam, apa sebenarnya yang kumiliki. Meski aku tidak punya dan tidak bisa apa-apa tapi pasti tersisa sesuatu yang aku miliki.

Kuputar terus otakku dan kutemukan. Ternyata aku masih memiliki sesuatu, berdegub kencang bersama deguban jantungku. Aku masih memiliki cinta. Aku pun tersenyum lebar dan mulai merasa mantap sebagai anggota festival. Bermodalkan cinta aku akan menjadi pemenangnya.

Namun malam itu, aku diliputi kebingungan lagi. Bagaimana caraku menawarkan modalku. Apa aku harus menyataknnya langsung. Konyol sekali pikirku. Bisa kencing dicelana aku. Aku harus punya gaya tersendiri. Tapi harus dengan gaya apa?. Kuputar lagi otakku dengan harapan barangkali masih ada yang tersisa dari kelebihanku. Apa yang bisa dilakukan oleh seorang mantan anak pesantrenan sepertiku ini? Aku duduk dan tanpa sengaja mataku menemukan mushaf al-qur'an yang sering kupakai menghafal dulu. Lalu, senyumku pun mulai terekah dibibir yang sudah lama tidak berkhittah.

Aku pun mengambil pena dan selembar kertas. Dan kutulis :

"Biarlah Tuhan yang menyampaikan maksudku".

Diakhir kertas kutulis "bukalah surat Tha-Ha ayat 41"

Acara itu sangat ramai sekali. Para siswa antusias sekali memeriahkan acara yang bagiku sangat bodoh itu. Giliran orang-orang kaya tiba. Ada yang memberinya cincin, ada yang memberinya jam tangan, ada yang kalung dll. Giliran orang pintar pun tiba, ada yang memberinya puisi, ada yang memberinya penemuan-penemuan jenius dari rangkaian listrik dan sebagainya. Tiba pula giliran anak-anak gaul. Ada yang
menghadiahkannya lagu romantis bahkan ada yang mengangkatnya seperti putri salju dan menyanjungnya dengan kata-kata romantis dan macam-macam.

Dan tibalah giliranku dari kelompok orang culun. Hanya aku satu-satunya perwakilan dari kelompok orang-orang culun. Aku pun maju dengan gugup dan memberinya satu lembar kertas. Jangankan bicara, menatapnya saja didepan orang ramai seperti itu aku tidak sanggup seakan jantunku akan melompat keluar saking kencangnya ia berdegub. Kemudian aku pun turun lagi dari atas panggung.

"kalau aku kalah jangan salahkan aku" bsisikku pada Aan yang juga termasuk culun.

"tidak ada yang akan menyalahkanmu karena memang itulah takdirnya". Katanya.

Ia membuka suratku lalu menatapku tajam dengan matanya yang indah. Aku sendiri tidak mengerti apa arti tatapannya itu. Lalu ia berbisik dengan salah seorang panitia. Dan kemudian panitia itu membawakan mushaf terjemahan kepadanya. Penonton heran akan tingkahnya yang meminta mushaf ditengah-tengah acara. Mungkin mereka pikir apa hubungannya al-qur'an dengan festival cinta?.

Matanya pun sibuk mencari ayat yang kumaksud dalam surat itu. Tapi ia menemukannya dan dimushaf itu tertulis khittah Tuhan :

 "dan aku telah memilihmu untuk diri-Ku"*

A
cara itu berlalu dan aku sangat malu. Dikantin Puput masih memperhatikanku dan pandanganku tertunduk-tunduk malu menanggapinya.

"memang apa yang kau tulis dalam surat itu?, sepertinya ia menyukainya. Dari tadi ia memandangimu. Nanti sore pada jam ekstrakurikuler pengumumannya. Kau tahu kan?".

Aan memang culun tapi ia sangat cerewet denganku. Kali ini aku memilih bisu menanggapinya karena sebenarnya ialah yang mendaftarkanku sebab ia tahu selama ini diam-diam aku memperhatikan Puput.

Sore itu aku ingin tidak hadir karena takut menerima kekalahan. Tapi entah kenapa hati ini begitu kuat dan yakin. Mungkin karena aku menyampaikannya melalui khittah Tuhan yang suci.

Seluruh siswa pun berkumpul untuk mendengarkan keputusan Puput yang akan dibacakan protokol. Aku sempat duduk dibelakang menjauh dari kerumunan para siswa. Tapi Aan menyeretku hingga berada paling depan bersama dengan para peserta yang lainnya. Keminderanku untuk meyakini aku bisa menang membuatku tidak mendengar protokol menyebut namaku berkali-kali. Hingga akhirnya Aan menepukku dan menyadarkanku bahwa akulah yang dipilih oleh Puput.









THE END.

Tareem, 7 September 2011.

ABU DOHAK





*Ayat ini menceritakan tentang Nabi Musa a.s yang dipilih Allah swt menjadi rasul-Nya. Namun secara tekstual kalimat dalam ayat tersebut bisa dipinjam untuk menyampaikan maksud tertentu sebagai sindiran seperti dalam cerita ini.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar