Laman

Senin, 02 Januari 2012

PETUALANGAN HUTAN 3


Tapi sayang, kehangatan tawa ria mereka itu tidak berlangsung lama. Beberapa saat ketika mereka menikmati kebersamaan itu. Dua manusia hitam tadi muncul diatas tebing. Salim melihatnya dan berkata :
“itu” sambil menunjuk keatas. Salim langsung menggenggam erat tangan si nona manis lagi dan mengajaknya berlari. Mereka berlari menyebrangi aliran air terjun itu. Batu demi batu diloncati. Lalu mereka terus memasuki hutan rimba lagi. Mereka berdua terus berlari dan sangat cepat.
“mungkin sudah agak jauh” pikir Salim, ia ingin beristirahat sejenak. Namun sebelum ia dan si nona manis sempat berhenti, ada segerombolan makhluk hitam yang sama didepan mereka. Salim dan sinona manis menjadi kaget tak kepalang. Salim langsung menarik tangan si nona untuk berlari kearah kanan. Salim kalut dan takut. Ia hanya bisa berlari sekuat tenaga. Tak penting jalan mana yang mereka tempuh. Asal kaki bisa melangkah kita terus berlari pikir Salim. Dan kali ini Salim dan si nona manis berlari menanjak bukit. Bukit yang tinggi sekali. Sementara dibelakang bukan hanya dua, tapi segerombolan makhluk hitam yang ingin memangsa mereka.
“ayo berusaha!!” jerit batin Salim dalam hati untuk menyemangati dirinya.
Dan akhirnya setelah kejar-kejaran itu berlangsung lama, Salim dan si nona manis pun sampai kebukit yang paling tinggi. Sesaat sesampainya mereka diatas bukit itu, Salim dan si nona manis itu pun terdiam oleh sebuah pemandangan yang sangat eksotis dan menakjubkan.
“wah!! Indah sekali” kata nona itu. Didepan mereka ada sebuah candi besar terukir rapi. Namanya candi Trenggalek, sebuah bukti sejarah dari penginggalan kerajaan kuno di Indonesia. Namun salim dan si nona manis itu tidak mengerti bangunan apa itu.
“indah sekali ya, ada bangunan dengan ukiran rapi seperti ini diujung bukit Srigayang, aku tidak pernah tahu” lanjut nona itu.
“mungkin ini bukti sejarah” kata Salim yang dari tadi terus memandanginya dan menjamahnya. “tapi apapun ini” kata Salim “sungguh menakjubkan”. Lalu Salim mengarahkan pandangannya kearah kanan.
“lihat itu!” kata Salim sambil menunjuk kearah sebuah bukit hutan “kita berada pada bukit yang kedua dari hutan perbukitan Srigayang ini. Lihat!” Salim menolehkan kepalanya kesebelah kiri “itu, bukit ini dekat sekali dengan desa. Jika kita turun dan menelusuri jalan itu kita akan sampai kedesa. Kita akan keluar dari hutan ini!” kata Salim dengan suara yang agak lantang. “kita selamat” kata Salim penuh bahagia. Namun si nona manis itu hanya membengongi Salim. entah apa arti bengongan dan tatapan si nona itu. Mungkin bagi si nona, keselamatan mereka adalah awal dari perpisahan mereka. Tapi ia hanya diam. Lalu dengan agak terpaksa si nona manis itu pun meerkahkan senyumnya walau tidak selebar dan seceria sebelumnya.
Ketika mereka ingin turun mengitari jalan itu, sebagian gerombolan makhluk hitam muncul dari jalur itu sehingga Salim dan si nona manis mundur kebelakang dan memutari candi itu. Mereka terjebak. Kini, makhluk hitam itu akan mengepung mereka. Salim memandangi nona itu sangat dalam. Tangan mereka terus berpegangan sangat erat bahkan lebih erat dari yang sebelumnya. Seakan mereka tak sudi jika genggaman kedua tangan itu terputus. Disekitar mereka segerombolan makhluk hitam mulai datang menyerang mereka dari segala penjuru. Kemudian dengan penuh yakin Salim menarik tangan si nona cantik itu masuk menelusuri candi. Jalannya penuh dengan belokan dan liku-liku. Sementara itu, segerombolan makhluk hitam terus mengejar mereka memasuki candi itu. Setelah beberapa saat berputar-putar didalam candi, Salim merasa terjebak. Tak ada jalan yang bisa membantu mereka keluar. Raut keputus asaan mulai terpancar dari wajah Salim. akan tetapi, tidak, pasti ada jalan keluar dan Salim percaya itu.
Diujung tembok dan ditutupi oleh beberapa selingan tembok, Salim menemukan sebuah pintu kecil. Salim memandangi si nona jelita dan si nona jelita itu menganggukkan kepalanya sebagai isyarat setuju untuk memasuki pintu itu. Mungkin hanya itulah satu-satunya jalan. Mereka berdua pun memasuki pintu kecil itu. Dibalik pintu itu ada ruangan kecil panjang yang gelap dan kotor sekali. Lalu Salim menutup pintunya dan berharap Tuhan akan memalingkan pandangan mereka dari pintu itu. Diruangan yang gelap dan kotor itu, Salim hanya bisa melihat mata si nona manis dan giginya apabila ia bicara. Suasana didalam ruangan itu hening tanpa suara tapi tangan mereka terus berpegangan erat.
“kau takut?” bisik Salim bertanya memecahkan keheningan diantara mereka. Si nona jelita itu hanya menggeleng dan berkata
“karena ada kau”. Salim hanya membalasnya denga senyuman ramah. Akhirnya, setelah dua hari terjebak, Salim bisa agak sedikit lega karena sudah menemukan jalan keluar. “sedikit lagi” pikir Salim.
“sekarang giliranmu yang bicara” tegur nona manis itu “tadi malam aku menceritakan semua perihalku, sekarang ceritakanlah perihalmu” lanjutnya. Salim pun dengan senang hati menceritakan semua tentang dirinya bahwa ia mempunyai seorang kakak perempuan yang sangat ia sayangi bernama Linda. Ia juga menceritakan bunda, ayah dan keharmonisan keluarga mereka dengan panjang lebar. Sampai-sampai sebab ia ingin belajar kejawa pun habis ia ceritakan. “mungkin dengan cerita ini kami bisa dengan sabar menunggu kepergian para makhluk  hitam” pikir Salim.
“apa kau pernah jatuh cinta?” Tanya nona jelita itu polos. Salim terdiam dan memandangi si nona itu dalam kegelapan. Lidahnya seperti membeku seperti batu untuk membahasakan suara cinta. “tapi baiklah” pikir Salim dalam hati. Ia berkata :
“aku sangat sulit sekali jatuh cinta dan akan sulit sekali menarik cinta itu apabila terlanjur jatuh kehati orang. Sulit sekali. Tidak semudah menarik tanganmu terus kubawa berlari” Salim diam dan suasana diantara mereka sempat hening sejenak. “dulu, pernah cinta itu jatuh, waktu itu aku baru kelas 2 SD” lanjut Salim.
“secepat itukah kau sudah mengenal cinta?” serobot nona jelita itu bertanya kaget. Salim hanya membalasnya dengan senyuman lagi. Lalu ia berkata :
“ya secepat itu, cepat sekali bukan? Tapi aku adalah orang yang terbodoh didunia, aku tidak pernah bisa mengungkapkannya, aku sangat malu, jangankan mengungkapkannya menyebut namanya saja didepannya aku tidak berlari. Sampai akhirnya kami lulus SD, aku tetap tidak berani mengatakannya”. Salim mulai teringat lagi tentang masa-masa lalunya.
“kalau aku boleh tahu, siapa dia?” Tanya nona manis itu.
“namanya Tuti” jawab Salim “dia adalah anak tercantik disekolah waktu itu, yah begitulah cintaku”. Salim pun diam kembali dan suasana hening kembali diantara mereka sejenak dan kemudian keheningan kembali hilang oleh perkataan Salim :
“tapi...” tiba-tiba suara rebut-ribut yang aneh terdengar jelas dari balik pintu. Itu adalah suara segerombolan masunia hitam. Salim dan si nona cantik pun menghentikan pembicaraan mereka. Setelah suara rebut-ribut itu menghilang dari arah luar, si nona manis mulai bertanya lagi : “tapi apa?”. Salim menjawab : “tapi...” dan suara rebut-ribut terdengar lagi dari luar pintu tapi kali ini lebih ramai dan lebih keras dari sebelumnya.
“sepertinya mereka menemukan persembunyian kita” bisik Salim. Tanpa pikir panjang Salim pun mengajak si nona manis itu menelusuri ruangan gelap yang memanjang itu. Ternyata ruangan itu sangat panjang sekali. Mereka berdua menemukan belokan. “mungkin ada celah dijalan yang berbelok pikir Salim”. Ternyata benar, sesaat setelah mereka memasuki belokan itu, Salim dan si nona jelita itu menemukan setitik cahaya. Ya, ada setitik lobang yang menembus tembok itu. Akhirnya, Salim dan si nona itu pun memperhatikan lobang yang tertembus cahaya itu. Dan ternyata, tembok itu adalah pintu yang sudah ratusan tahun bahkan ribuan tahun tak pernah dibuka. Salim dan si nona pun mendobrak pintu tua itu. Lalu, pintu terbuka. Ternyata mereka berada disisi candi yang bagian luar. Dan dihadapan mereka adalah sebuah jalan yang tadinya menurut perkiraan Salim itu adalah jalan keluar menuju desa. Sementara itu, segerombolan makhluk hitam tadi masih berada didalam pekarangan candi. Salim dan si nona jelita segera menelusuri alur turun sebagai jalan keluar itu tanpa terlihat oleh segerombolan makhluk hitam karena terlindung oleh bangunan candi. Setelah beberapa saat Salim dan si nona menelusuri jalan turu, ternyata salah seorang dari makhluk hitam itu ada yang melihat mereka. Dia yang melihat itu pun langsung member isyarat kepada teman-temannya atas keberadaan mereka berdua. Segerombolan makhluk hitam itu langsung keluar dari pekarangan candi dan mengejar mereka berdua. Aksi kejar-mengejar pun terjadi lagi.
Salim dan si nona jelita berlari sangat kencang. Salim dengan tenaga yang super ekstra ditambah rasa takut, jalan yang menurun itu pun membantu kencangnya lari mereka berdua. Begitu juga dengan segerombolan makhluk hitam, mereka berlari sangat kencang. Setelah beberapa lama berlari diatas tanah yang menurun, kini Salim, si nona jelita dan para manusia hitam telah memasuki area hutan yang datar. Dan menurut perkiraan Salim, desa sudah tidak jauh lagi dari mereka.
Disela-sela lari yang berkecepatan tinggi, sebuah kotak kecil yang dibuka si nona manis pada malam itu terjatuh dari sakunya.
“tunggu!” kata si nona jelita. Ingin rasanya ia berhenti dan memungut kotak itu kembali. Akan tetapi Salim tidak mau berhenti dan terus menarik tangan si nona jelita itu untuk berlari. Lalu si nona itu berusaha untuk melepaskan tangannya dari genggaman Salim. tapi, Salim sekali-kali tidak akan membiarkannya. Karena Salim semakin merasa yakin bahwa desa sudah tidak jauh lagi dihapannya. Namun, disela-sela melepaskan  tangan itu si nona berkata
“kokatku jatuh” lalu ia pun berhasil melepaskan tangannya dari genggaman Salim dan mereka berduapun berhenti mendadak.
“kita akan tertangkap jika kembali kebelakang” kata Salim dengan sangat kesal.
“tapi aku tidak akan keluar dari hutan ini tanpa kotak itu” kata si nona jelita. Salim sangat kesal sekali. Tapi apa boleh buat, tak ada gunanya banyak bicara pikri Salim karena segerombolan manusia hitam itu sudah semakin mendekati mereka.
“baik” kata Salim “biar aku yang mengambilnya, kau tunggu disini”. Tanpa menunggu persetujuan dari si nona Salim langsung berlari kembali kebelakang untuk mengambil kotak itu. Si nona jelita pun hanya bisa diam memandangi Salim. “harapan penuh kucurahkan dipundakmu”. Kria-kira seperti itu pesan pandangan itu. Lalu akhirnya, Salim menemukan kotak itu tergeletak dihimpit rerumputan. Salim pun memungutnya dan memperlihatkannya kepada si nona jelita dari jarak jauh. Si nona cantik itu kelihatan senang sekali. Senyuman lebarnya terekah menunggu hampiran Salim. namun, ketika kaki Salim mulai melangkah untuk berlari lagi, segerombolan manusia hitam itu pun muncul dan mengepungnya. Salim terperanjat dan ketakutan. Mengetahui keadaan itu si nona jelita mulai bergerak untuk menolong Salim. tapi sayang, aksi nona manis itu pun sudah ketahuan duluan oleh segerombolan manusia hitam itu. Salim yang dari tadi mulai berjalan mundur dengan perlahan ini pun memberi isyarat kepada si nona jelita untuk pergi dan menemukan desa. Merasa isyaratnya tidak mempan, Salim lantas berteriak keras “LARI... cepat lari ...”. si nona manis itu hanya bisa menggeleng. Air matanya mulai jatuh menyentuh sudut bibirnya. Tak terpikir olehnya akan keadaannya. Ia tidak menyangka ternyata seperti ini akhirnya. Beberapa dari makhluk hitam itu pun berbalik arah dan mulai berlari memangsa si nona jelita. Akhirnya dengan terpaksa si nona manis itu pun berlari menginggalkan Salim. Air mata Salim pun jatuh memandangi nona jelita itu berlari. Lalu kemudian mereka berdua pun terpisah. Salim meninggalkan perasaannya dan memasuki kembali dunia pikirannya. Dihadapannya ada beberapa makhluk hitam yang berjalan perlahan mendekatinya. Salim pun mulai berbalik arah dan lari lagi kepedalaman hutan. Ia berlari sangat kencang dan tangan si nona jelita yang dulu biasanya ia genggam erat ketika berlari kini berubah menjadi kotak kecil seukuran telapak tangan orang dewasa. Karena tidak mau memasuki hutan terlalu dalam lagi, Salim memilih untuk tidak berlari lurus. Ia berlari memutar-mutari rawa dan pepohonan. Hampir satu jam telah berlalu Salim masih bermain petak umpat itu dengan para makhluk hitam. Dan akhirnya Salim merasa sangat lelah sekali. Ia pun memilih untuk berhenti dan bersembunyi dibalik pohon besar. Lalu setelah itu, ia pasrahkan semuanya kepada Tuhannya. Di balik pohon persembunyiannya itu, ia memandangi kotak si nona jelita. Ia merasa sangat kesepian. Ia merasa ada sesuatu yang telah terenggut dalan jiwanya. Dan Salim sangat ketakutan. Ternyata, keberadaan si nona jelita itu disampingnya bisa membuatnya lebih tegar dan nyaman. Setelah sekitar 15 menit Salim bersembunyi dibalik pohon besar itu, Salim mendengar ada suara ranting patah akibat injakan kaki. Ingin rasanya Salim keluar dan berlari lagi, tapi ia tak kuasa. Ia merasa sangat lelah sekali. Kakinya terasa ingin copot. Akhirnya, ia memasrahkan semuanya kepada sang Kuasa. Salim berdoa agar makhluk hitam itu tidak menemukannya. Tapi, “doa harus disertai usaha” pikirnya. Bukan Salim namanya kalau dia hanya diam disini tanpa melakukan sesuatu. Salim melihat ada kayu besar disampingnya. Lalu ia pun meraihnya. Sementara, suara langkah kaki itu mulai terdengar jelas menginjaki rawa-rawa. Melalui pendengarannya, Salim yakin kalau suara langkah itu tepat berada dibalik pohon. Salim memegang erat ranting itu dan mulai bangkit. “satu.... dua... “ hitung Salim dalam hati sambil menarik nafas. Ia akan memukul makhluk hitam itu sekuatnya dan berlari menuju desa. “tiga” dan ternyata sebuah senjata api panjang tertodong tepat diwajah Salim. salim pun menghembuskan nafasnya dengan lega. Ternyata, dihadapannya adalah pak polisi yang sedang mencarinya.
*                     *                      *
Kini Salim pun aman berjalan tenang didalam hutan dengan dikawal beberapa orang polisi. Salim melitah hampir ratusan polisi yang diturunkan kehutan untuk mencarinya. Tapi Salim tidak melihat satu pun makhluk hitam tadi. Tapi “sudahlah” pikir Salim “itu sudah berlalu”. Dan sekarang ia berkumpul lagi dengan teman-temannya. Sesampainya diluar hutan, Salim disambut ramai oleh teman-temannya. Terutama Rifat yang sangat gembira atas kehadiran Salim. mereka berdua langsung berpelukan. Salim memperhatikan sektianya ada banyak orang. Ada polisi, orang-orang kampong dan juga banyak mobil. Namun Salim tak juga menemukan si nona jelita itu.
“kau melihat siapa?” Tanya Rifat
“oh, bukan siapa-siapa” jawab Salim.
“kau harus menceritakan semuanya kepadaku” kata Rifat. Salim hanya tersenyum dan kembali memperhatikan sektiarnya.
“kau tahu” kata Rifat melanjutkan “ternyata bukan hanya kau saja yang tersesat dalam hutan, ada seorang gadis cantid seumuran kita juga yang tersesat disana”.
“apa? Kau melihatnya? Kemana dia?” Tanya Salim.
Dia sudah pergi, tadi ketika ia keluar, ia langsung dibawa oleh mobil hitam mewah, kupikir dia adalah orang kaya, kalau bukan anak pejabat pasti anak konglomerat” kata Rifat menjelaskan. Salim hanya diam terbodoh mendengar penjelasan Rifat. Ingin rasanya ia bertemu dengan gadis jelita itu sekali lagi sasa.
Mereka berdua dan para siswa yang lainnya naik kedalam bus dan akan menempuh perjalanan pulang. Salim menceritakan kepada Rifat semua yang ia alami didalam hutan secara panjang lebar. Tak tertinggal juga tentang nona jelita itu.
“wah, hebat Lim” kata Rifat. “memang namanya siapa Lim” Tanya Rifat.
“bodoooh” teriak Salim dalam hati sambil memukul kening. Ia sudah begitu akrab dengan si nona jelita tapi mengapa ia lupa menanyakan nama nona itu. Si nona juga lupa bertanya nama kepada Salim. kebersamaan membuat mereka bersatu sehingga nama tak lagi menjadi pembatas diantara mereka. Tapi, “tetap saja bodoh” pikir Salim. salim sangat menyesal sekali dan marah kepada dirinya sendiri. Tapi Salim berjanji “suatu saat aku akan menemuimu lagi apapun yang terjadi”. Salim pun teringat tentang peristiwa ia dan si nona jelita itu didalam ruangan gelap dicandi Trenggalek. Waktu itu ada suatu perkataan yang belum sempat diselesaikan Salim. sebenarnya Salim ingin mengatakan “tapi, sejak pertama kali aku memandang matamu, ada perasaan aneh yang muncul. Perasaan itu muncul dan tumbuh begitu cepat dan spontan”. Ternyata Salim yang tidak mudah mencintai wanita ini tunduk dan takluk hanya dalam pandangan pertama kepada si nona jelita itu.
“aku akan mencarimu” kata Salim mantap dalam hatinya yang paling dalam. Salim pun sadar bahwa ditangannya ia masih memegang kotak milik sinona itu. Diiringi laju bus yang  lumayan kencang, Salim mencoba untuk membuka kotak itu. “isinya pasti sangat berharga sehingga ia tidak rela kotak ini tinggal di hutan” pikir Salim. pelahan ia buka. Dan ternyata isinya adalah sebuah foto mesra antara si nona jelita itu dan kedua orang tuanya. Diatas foto itu terletak sebuah salib kristus. Salim jadi mengerti kenapa ketiak ia menyuruhnya untuk shalat, si nona jelita itu hanya tersenyum tanpa menjawab sedikit pun. Salim merasa agak sedikit aneh dengan fakta baru ini. Tapi Salim sudah terlanjur berjanji “apapun yang akan terjadi, tetap ia akan kutemui”. Dan disepanjang perjalanan pulan itu, Salim melamun terus memikirkannya. “kebahagiaan itu datang secara tiab-tiba dan dengan cepat pula ia menghilang” pikir Salim. cukup singkat. Takkan pernah ada yang tahu perihal Salim di hutan itu. Kecuali dia, si nona jelita, Rifat sahabatnya dan tentunya Tuhan Sang Maha Pencipta.
THE END
Mukalla, 5 Sept 2010
Abu Dohak.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar